KEGIATAN SETIAP HARI

Kamis, 09 Juni 2016

Daftar Isi

 

 

 



BAB. I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

            Saat ini, dunia tengah menghadapi era baru yang ditandai dengan kecenderungan globalisasi. Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong terjadinya globaisasi, yaitu market drivers, cost drivers, government drivers, dan competitive drivers. Selain itu masih ada faktor lain yang menjadi pendorong terjadinya globalisasi, diantaranya revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi, globalisasi pasar-pasar finansial, dan penyempurnaan dalam bisnis travel. Pemasaran global adalah kegiatan pemasaran oleh perusahaan (global) yang mempunyai bisnis (global) dengan strategi pemasaran, pasar, maupun produk yang sama di berbagai negara.
Sekarang ini, pemasaran global sudah meluas ke seluruh negara. Banyak barang atau produk luar negeri yang dijual dipasaran. Dilain pihak, dengan adanya pemasaran global ini banyak negara yang merasa diuntungkan tetapi ada beberapa negara pula yang merasa dirugikan. Diuntungkan dalam hal ini adalah mendapatkan penghasilan tambahan sebagai devisa negara. Suatu negara yang tidak dapat mengimbangi adanya globalisasi ini akan berakibat minus dalam berbagai bidang.
B. Tujuan
  Tujuan pembuatan makalah ini adalah menambah pengetahuan kita mengenai pemasaran global, sehingga kita tidak hanya sekedar membacanya, tetapi bisa kita implementasikan dalam dunia bisnis yang akan kita rintis. Selain itu juga, tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi nilai tugas dalam mata kuliah Pemasaran Internasional
C. Rumusan Masalah
- Dinamika Kultur Budaya dalam Pemasaran Global,
- Perubahan Kultural
- Dampak Kultural Dalam Perdagangan
- Budaya Dalam Prosses Negoisasi    
  


BAB II

PEMBAHASAN


A.                     DINAMIKA KULTUR BUDAYA DALAM PEMASARAN

Budaya didefenisikan sebagai total jumlah pengetahuan tentang kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan untuk melayani secara langsung perilaku consumer dari anggota masyarakat khusus.
Komponent kepercayaan dan nilai-nilai pada defenisi di atas berhubungan dengan akumulasi perasaan dan prioritas yang dimiliki individu tentang sesuatu dan miliknya.

1. Elemen-elemen Kultural
     Komponen kepercayaan dan nilai-nilai pada definisi di atas berhubungan dengan akumulasi perasaan dan prioritas yang dimiliki individu tentang sesuatu dan miliknya.   Terdapat empat komponen dalam budaya, yaitu :
1.      Konsep menyeluruh, budaya terdiri dari hampir semua hal yang mempengaruhi proses pemikiran individu dan perilakunya. Budaya tidak hanya mempengaruhi preferensi seorang konsumen, akan tetapi bagaimana konsumen membuat keputusan dan bahkan bagaimana konsumen memahami dunia sekeliling.
2.      Budaya diperoleh, budaya tidak meliputi respon dan predisposisi yang diwariskan. Namun demikian oleh karena sebagian besar perilaku manusia dipelajari dari pada pembawaan sejak lahir, maka budaya benar-benar mempengaruhi perilaku.
3.      Kekompakan masyarakat modern sedemikian rupa sehingga budaya jarang memberikan resep yang rinci untuk perilaku yang tepat. Sebagai gantinya didalam masyarakat industry budaya memberikan batas kepada setiap individu dalam berpikir atau bertindak.
4.      Ciri pengaruh budaya, adalah bahwa kita jarang menyadarinya. Seseorang berperilaku, berpikir dan merasa konsisten dengan anggota lainnya dari budaya yang sama, sebab kelihatannya memang alamiah atau memang sudah benar apa yang dia lakukan.
Salah satu contohnya didalam makan pizza, karena budaya yang berbeda, di Amerika orang menyukai pizza dengan pepperone, di Jepang dengan ikan cumi-cumi, di Inggris dengan ikan tuna dan jagung, di Guatemala dengan saus kacang hitam, di Chili dengan remis dan kerangdi Bahama dengan ayam panggang, di Australia dengan telur dan di India dengan asinan jahe.  
Budaya beroperasi dengan batas yang tidak jelas untuk perilaku individu dan mempengaruhi fungsi institusi atau lembaga seperti keluarga dan media masa. Jadi budaya menyediakan kerangka kerja dimana gaya hidup individu dan rumah tangga  terlibat.
 
Beberapa perbedaan dalam sikap dan perilaku menjadi krusial dalam menentukan kepuasan dan mungkin menyediakan sebuah peluang untuk segmentasi konsumen dalam budaya yang berbeda. Azas berlawanan pada penelitian konsumen Lintas Budaya yang meskipun konsumen seluruh dunia mungkin sama pada banyak jalan (seperti peningkatan jumlah wanita yang bekerja keluar rumah), beberapa perbedaan sikap atau perilaku bisa menjadi krusial dalam penentuan kepuasan dan menyediakan sebuah peluang untuk segmentasi konsumen dalam budaya berbeda. Walaupun lebih dari 50% wanita Jepang dan Amerika bekerja diluar rumah (yang mana mempertinggi kebutuhan untuk banyak produk konvenien dan penghematan waktu).
Analisis subbudaya memungkinkan manajer pemasaran memfokuskan pada berbagai segmen pasar yang cukup besar dan alamiah. Ketika melakukan analisis pemasar harus memperhatikan apakah kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan yang menjadi pedoman bagi para anggota subbudaya tertentu dapat menjadikan mereka calon-calon yang diinginkan untuk di beri perhatian pemasaran secara khusus. Oleh karena itu subbudaya merupakan unit-unit analisis yang relevan untuk riset pemasaran. 
Gaya hidup konsumen dipengaruhi oleh keanggotaannya dalam kelompok masyarakat yang lebih besar, kelompok ini disebut subkultur. Dimana orang yang menjadi anggota kelompok membagi kepercayaan dan pengalaman biasa kemudian menjadi ketentuan bagi anggota kelompok lainnya. Setiap konsumen termasuk ke beberapa subkultur. Keanggotaan dari suatu kelompok subkultur bisa didasarkan pada :
1.      Persamaan umur, misalnya para manula, remaja, eksekutif muda. Sebuah pertalian budaya terbentuk diantara jutaan orang yang berasal dari masa selama periode waktu yang sama. Perubahan penting terjadi pada permintaan individu terhadap setiap jenis produk dan jasa tertentu karena perubahan usia konsumen mulai dari bayi sampai orang tua
2.      Kesamaan latar belakang ras atau etnik atau suku, misalnya arab, india, melayu. Adanya perbedaan ras tidak dapat disangkal lagi, bahwa keyakinan, nilai-nilai dan kebiasaan antara satu ras dengan yang lain berbeda. Disamping itu juga perbedaan warna kulit, profil wajah, tinggi badan dan lain-lain. Kenyataan inilah yang sering dipakai oleh pemasar untuk membuat segmentasi pasar dan menentukan pasar sasaran.
3.      Atau kesamaan tempat tinggal.  

 B.            Perubahan Kultural

Tidak seperti karakteristik biologis yang merupakan pembawaan dari lahir (seperti seks, kulit, warna rambut atau kecerdasan), budaya dipelajari. Pada awal usia, kita mulai memperolehnya dari lingkungan social kita sebagai sebuah penetapan kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan yang merupakan budaya kita. Untuk anak-anak, pembelajaran untuk menerima nilai-nilai budaya dan adat adalah diperkuat melalui proses memainkan permainan mereka. Proses pembelajaran budaya ini mempersiapkan mereka untuk kehidupan nyata dalam lingkaran kehidupannya.
1.      Bagaimana budaya dipelajari
Terdapat tiga perbedaan bentuk pembelajaran budaya, yaitu :
a)      Pembelajaran formal, dimana orang dewasa dan orang yang lebih tua mengajar anggota keluarga yang lebih muda tentang bagaimana mereka berkelakuan.
b)      Pembelajaran informal, dimana anak-anak mempelajari secara primer melalui peniruan perilaku orang yang dipilih, seperti keluarga, teman, pahlawan film TV.
c)      Pembelajaran teknis, dengan instruksi dari guru pada lingkungan pendidikan tentang apa yang seharusnya dilakukan dan mengapa harus melakukannya.
Selanjutnya iklan sebuah perusahaan bisa mempengaruhi ketiga jenis pembelajaran budaya, seperti banyak iklan produk yang mempertinggi pembelajaran budaya informal kesediaan audiens dengan sebuah model perilaku untuk meniru. Secara khusus benar untuk produk yang visible atau menyolok yang dievaluasi dalam penentuan public (seperti desainer pakaian, hand phone atau status klub golf) dimana kawan sebaya mempengaruhi seperti memainkan sebuah peran penting.      
2.      Enculturasi dan akulturasi
Enculturasi adalah pembelajaran pada budaya milik seseorang yang telah diketahui. Acculturasi adalah pembelajaran pada  sebuah budaya baru atau asing yang sudah diketahui.    
3.      Bahasa dan symbol
Untuk memperoleh sebuah budaya umum, anggota sebuah masyarakat harus bisa mengkomunikasikannya dengan yang lain melalui sebuah bahasa umum. Tanpa sebuah bahasa umum penyampaian maksud tidak ada yang bisa dan komunikasi yang benar tidak pernah terjadi. Untuk mengkomunikasikan secara efektif dengan audiens mereka, pemasar harus menggunakan symbol yang bernilai untuk menyampaikan image atau karakteristik produk yang diinginkan, Bentuk symbol disini bias verbal atau nonverbal.
4.      Ritual
Sejenis kegiatan simbolik yang terdiri dari rangkaian langkah-langkah atau perilaku majemuk yang dilakukan dengan urutan tertentu dan diulangi dari waktu ke waktu. Ritual cendrung dihubungkan dengan benda-benda ritual seperti ketupat lebaran, pohon cemara natal.
Orang Barat boleh dikatakan secara ritual makan dan minum roti tawar dengan selai, keju, sereal untuk sarapan. Sedangkan orang Indonesia merasa belum makan bila belum makan nasi. Oleh sebab itu sangat sulit bagi produk-produk sereal untuk diterima oleh kebanyakan orang Indonesia sebagai sarapan paginya.
Ritual dalam budaya juga dimanfaatkan dalam iklan biskuit coklat berlapis cream dengan merek Oreo, dimana pengiklan mengajarkan kepada konsumen makan Oreo dengan ritual tertentu yaitu : diputar, dijilat, dicelupkan kedalam susu dan baru setelah itu dimakan.Ternyata kiat ini sangat berhasil menarik anak-anak sebagai sasaran mereka.   
5.      Pembagian budaya  
Yang menjadi pertimbangan karakterisik sebuah budaya adalah sebuah kepercayaan, nilai-nilai atau praktek harus dibagi dengan sebuah porsi yang significan dari masyarakat.

 C.           Dampak Kultural Dalam Perdagangan

Analisis konsumen lintas budaya banyak dilakukan dengan semakin maraknya globalisasi, antara lain untuk mengetahui apa kesamaan dan perbedaan antara dua atau lebih budaya. Sehubungan dengan kesamaan standarisasi produk lebih dimungkinkan, sedangkan perbedaan selera dan pilihan produk antara konsumen lintas budaya mengharuskan pemasar mencari cara beradaptasi supaya produknya diterima dinegara sasaran. Ada kemungkinan standarisasi produk diikuti dengan cara-cara berbisnis dan pemasaran yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Banyak ahli beranggapan bahwa dalam pemasaran global, akulturasi sangat dibutuhkan. Dan akulturasi harus dilakukan oleh pemasar terhadap budaya lokal dan sebaliknya agar produk bisa diterima dipasar sasaran konsumen juga harus dipengaruhi untuk menerima nilai-nilai baru.     

1)      Kesamaan dan perbedaan antara masyarakat
Perspektif pemasaran global menekankan kesamaan konsumen diseluruh dunia dan merupakan lawan dari strategi pasar lokal yang menekankan perbedaan konsumen pada bangsa-bangsa yang berbeda beserta orientasi budaya spesifik mereka. Nilai – nilai pada beberapa negara dapat berbeda dan memiliki keunikan antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya iklan perusahaan Jepang cendrung mempunyai komitmen yang kuat pada kelompok, ketergantungan secara sosial dan kolektivism (bekerja sama  antara  yang satu  dengan  yang lainnya) sedangkan iklan Amerika cendrung pada sikap individualisme, kurang tergantung secara sosial (bekerja mandiri), menerima ketidakpastian sebagai suatu hal yang biasa dan lebih suka bersaing untuk menjadi yang terbaik. Jika masuk pasar multinasional para pemasar harus siap menyesuaikan bauran pemasaran mereka dengan kebiasaan khusus setiap bangsa yang menjadi pasar sasaran.
2)      Pertumbuhan kelas menengah global
Pertumbuhan kelas menengah di negara berkembang adalah sebuah fenomena sangat menarik bagi pemasar yang seringkali ingin mengidentifikasi pelanggan baru produk mereka. Di Cina pendapatan $1,500 adalah kelas menengah yang menjadi pertimbangan kekuatan membeli dan merupakan sebuah target televisi dan computer. Pada bagian lain pendapatan setara $5,000 menjadi point pertimbangan dimana seseorang menjadi kelas menengah dan telah diperkirakan lebih dari 1 milyar masyarakat yang berada dinegara berkembang memenuhi standar ini. Ini penting untuk catatan lebih dahulu bahwa konsumen pada beberapa negara kurang maju sering tidak bisa menghasilkan pembayaran sebanyak sebuah produk seperti konsumen pada ekonomi yang lebih maju lakukan.  
3)      Akulturasi merupakan sebuah kebutuhan sudut pandang pemasaran
Banyak pemasar merenungkan ekspansi internasional membuat kesalahan strategi percaya bahwa jika produknya disukai oleh consumer local atau domestic selanjutnya seseorang akan menyukainya.    
4)      Menerapkan teknik riset
Walaupun teknik dasar penelitian yang sama digunakan mempelajari konsumen domestic  bermanfaat untuk untuk mempelajari konsumen di negeri asing, pada analisis lintas budaya sebuah beban tambahan ada telah diperdebatkan karena bahasa dan penggunaan kata yang sering berbeda dari negara ke negara.
Bagaimana pergerakan budaya memberikan arti bagi kehidupan melalui produk yang digunakan setiap hari dan bagaimana arti pergerakan ini terhadap sebuah masyarakat konsumer.  
 
Sebuah range yang lebar pada teknik pengukuran digunakan dalam mempelajari budaya, misalnya :
1.      Test proyeksi digunakan oleh psychologis untuk mempelajari motivasi dan kepribadian dan
2.      Teknik pengukuran sikap digunakan oleh psikologi dan sosiologi masyarakat yang secara relative merupakan peralatan populer dalam studi kebudayaan. 

Terdapat empat dimensi budaya untuk menjelaskan variabilitas,yaitu :
  1. Power distance, pengaruh perbedaan kekuasaan ketika terjadi hubungan  antar pribadi.
  2. Uncertainty avoidance, persetujuan masyarakat terhadap ancaman, situasi ragu-ragu dan dan kepercayaan pada institusi yang membantu mereka menghindari ketidak pastian.
  3. Masculinity / feminimity, peran jenis kelamin sangat menentukan tentang perilaku pria dan wanita yang dapat diterima.
  4. Individualism, nilai-nilai budaya sejahtera individu versus kelompok. Terdiri atas dua yaitu :
a.Collectivism culture, orang-orang yang menjadi anggota kelompok  bekerjasama untuk mencapai tujuan.
     b.Individualism culture, tujuan individu lebih penting.
Analisis konsumen lintas budaya banyak dilakukan dengan semakin maraknya globalisasi, antara lain untuk mengetahui apa kesamaan dan perbedaan antara dua atau lebih budaya. Sehubungan dengan kesamaan standarisasi produk lebih dimungkinkan, sedangkan perbedaan selera dan pilihan produk antara konsumen lintas budaya mengharuskan pemasar mencari cara beradaptasi supaya produknya diterima dinegara sasaran.
Ada kemungkinan standarisasi produk diikuti dengan cara-cara berbisnis dan pemasaran yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Banyak ahli beranggapan bahwa dalam pemasaran global, akulturasi sangat dibutuhkan. Dan akulturasi harus dilakukan oleh pemasar terhadap budaya lokal dan sebaliknya agar produk bisa diterima dipasar sasaran konsumen juga harus dipengaruhi untuk menerima nilai-nilai baru.

D.     Budaya Dalam Prosses Negoisasi      

Bernegosiasi di Negara sendiri sudah cukp berat padahal anda berurusan dengan kolega yang berfikir, memproses informasi, mempunyai seperangkat nilai dan berbicara dengan bahasa yang sama seperti anda. Kini pertimbangkan suatu situasi dimana hanya sedikit pengegtahuan yang diketahui, sedikit nilai yang sama, bahasa yang di ucapkan berbeda cdan anda dengan mudah dapat melihat bagaimana rumitnya menegoisasikan transaksi internasional.
Orang dari budaya yang berbeda menggunakan gaya negoisasi dan pendekatan yang berbeda. Mereka memiliki gaya komunikasi yang berbeda, strategi yang berbeda. Perbedaan itu terjadi dalam cara memandang, mengelola dan bagaimana cara menyelesaikan suatu konflik.
Tips negoisasi lintas budaya
-          adalah penting untuk memahami pentingnya kedudukan di negara lain; mengetahui siapa pengambilan keputusan, membiasakan dengan gaya bisnis perusahaan asing cdan dapat mengetahui masalah-masalah dengan baik.
-          Prioritaskan apa yang paling penting
-          Belajarlah dari mpengalaman, apa yang berhasil dimasa laluakan menjadi pertimbangan cara yang akan di lakukan selanjutnuya oleh anda.
-          Ketahuilah profil dari perusahaan asing, apakah mereka berorientasi pada tugas atau pada suatu hubungan.
-          Masslah waktu juga harus dipertimbangkan.
-          Selanjutnya pahami proses pengambilan keputusan.

 

 



BAB III

KESIMPULAN


Seorang pemasar internasional harus akrab dengan dunia, iklimnya, dan perbedaan-perbedaan topografi. Jika tidak, maka pentingnya karakteristik-karakteristik topografi pemasaran yang penting yang berhubungan dengan geografi akan terlewatkan saat melakukan pemasaran di negara lain. Kebutuhan akan pengetahuan geografis dan historis masuk lebih dalam daripada sekedar mampu untuk mengetahui lokasi benua dan negara-negaranya. Rintangan-rintangan geografis harus dapat dikenali karena mempunyai pengaruh langsung pada pemasaran dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan komunikasi dan ditribusi. Dilakukannya atas sejarah dan geografis diperlukan untuk member pemasar sebuah pemahaman mengapa sebuah Negara telah berkembang dengan cara tertentu, dibandingkan sebagai sebuah panduan untuk mengadaptasi rencana pemasaran.
Sebuah apresiasi yang lengkap dan menyeluruh dari asal usul dan elemen kultur sangat mungkin merupakan keunggulan tunggal yang paling berarti peting bagi seorng pemasar asing dalam mempersiapkan rencan dan strategi pemasaran. Pemasar dapat mengendalikan produk yang ditawarkan ke dalam pasar, tetapi mereka hanya mempunyai kendali yang terbatas atas lingkungan cultural di mana rencana-rencana tersebut harus diterapkan. Karena mereka tidak dapat mengendalikan semua pengaruh pada rencan pemasaran mereka, mereka harus berusaha untuk mengantisipasi pengaruh akhir dari elemen di luar kendali, dan merencanakan dengan sedemikian rupa agar elemen-elemen ini tidak menghalangi pencapain tujuan pemasaran.










DAFTAR PUSTAKA


Mitchell Charles. (2001) :       Memahami Budaya Bisnis Internasional, PPM, Jakarta
Aaker David A – Kumar V. – Day George S, (2004) : Marketing Research, Eighth Edition, John Wiley & Sons, Inc, New York – USA.
Cateora Philip R, Graham John L. (2007) : Pemasaran Internasional, Edisi 13, Salemba Empat, Jakarta,
Craven David W., Piercy Nigel F. (2006) : Strategic Marketing, International Edition, Mc Graw-Hill,
Kotabe Masaaki, Helsen Kristiaan (2004) : Global Marketing Management, Third edition, Wiley International Edition.
Kuncoro Mudrajad, (2003) : Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, --  , Erlangga, Jakarta – Indonesia.
Malhotra Naresh K, (2005) : Riset Pemasaran ; Pendekatan Terapan, Edisi Keempat, PT. Indeks, Jakarta – Indonesia.
Sugiyono, (2004) : Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ketujuh, Alfabeta, Bandung – Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar